ku jumpa (lagi) dengan_mu kekasih
dalam debaran cinta yang dalam
satu tahunpun berlalu
dan kau hadir di hadapanku
kau masih saja tersenyum manis
menyambut kekasih memadu rindu
bercengkerama dalam keheningan malam
tak pernah bosan membaca (kembali) surat0surat cinta_mu
mendalami makna demi makna
menyingkap sejuta rahasia kasih sayang_mu
kau masih saja membuka pintu maaf
pada setiap kekasih yang telah mendustakan_mu
yang tekubang dosa, berlumur kemaksiatan,
bertopeng kemunafikan.
aku malu...
pantaskah akui menjadi kekasih abadi
bersanding di pelataran cinta dan damainya surga
sambut aku kekasihku... ramadhan
Jumat, Agustus 29, 2008
kenangan
temui aku di ujung gang itu
sementara biarlah aku mencari kunci gembok
agar kita bisa membuka kenangan indah
yang terkukung dalam gelap
sabarlah menanti di ujung gang itu
karena tak jua ku temukan kunci gembok
hilang entah kemana...
mungkin terkubur dalam limbah kemunafikan
tertimbun bungkusan rasa malu
tertumpuk sampah keputusasaan
atau mungkin dicuri rasa iri
terselip di sudut kecurigaan
entah...
tunggu aku di ujung gang itu
namun jika lelah...
pergilah, lupakan ujung gang itu
dan akan kubongkar peti kenangan itu
dan biarlah aku mengenangnya
sendiri...
sementara biarlah aku mencari kunci gembok
agar kita bisa membuka kenangan indah
yang terkukung dalam gelap
sabarlah menanti di ujung gang itu
karena tak jua ku temukan kunci gembok
hilang entah kemana...
mungkin terkubur dalam limbah kemunafikan
tertimbun bungkusan rasa malu
tertumpuk sampah keputusasaan
atau mungkin dicuri rasa iri
terselip di sudut kecurigaan
entah...
tunggu aku di ujung gang itu
namun jika lelah...
pergilah, lupakan ujung gang itu
dan akan kubongkar peti kenangan itu
dan biarlah aku mengenangnya
sendiri...
Rabu, Agustus 27, 2008
Masjid Laba-laba
perkasanya engkau, bak tembok China
membentengi kejahiliyahan masa
megah meneduhi cakrawala hati
memancarkan cahaya keimanan
yang tak pernah padam... ditelan zaman
tempat beratus bahkan berjuta manusia
melepas kerinduan dengan kekasihnya
tempat tumbuhnya bibit peretas peradaban
.... sepuluh tahun yang lalu
kini..
tembok itu telah rapuh
digerogopti kecongkakan nafsu
tiada lagi benteng kejahiliyahan
karena kuita adalah kaum jahiliyah baru
dan kini...
cahaya itu telah redup
ditutupi awan kekufuran
tertiup badai kemungkaran
tiada lagi kekasih yang kita rindukan
kecuali birahi dunia yang maya
dan lebih menyakitkan
kini...
telah lahir kader-kader penghancur
yang semakin jauh darimu
tiada lagi yang mau menyentuh
menyampaikan salam rindu
kepada kekasih abadi
yang dengan kerendahan hati bersimpuh di dalammu
dan kini kau menjelma menjadi masjid laba-laba
membentengi kejahiliyahan masa
megah meneduhi cakrawala hati
memancarkan cahaya keimanan
yang tak pernah padam... ditelan zaman
tempat beratus bahkan berjuta manusia
melepas kerinduan dengan kekasihnya
tempat tumbuhnya bibit peretas peradaban
.... sepuluh tahun yang lalu
kini..
tembok itu telah rapuh
digerogopti kecongkakan nafsu
tiada lagi benteng kejahiliyahan
karena kuita adalah kaum jahiliyah baru
dan kini...
cahaya itu telah redup
ditutupi awan kekufuran
tertiup badai kemungkaran
tiada lagi kekasih yang kita rindukan
kecuali birahi dunia yang maya
dan lebih menyakitkan
kini...
telah lahir kader-kader penghancur
yang semakin jauh darimu
tiada lagi yang mau menyentuh
menyampaikan salam rindu
kepada kekasih abadi
yang dengan kerendahan hati bersimpuh di dalammu
dan kini kau menjelma menjadi masjid laba-laba
Kamis, Agustus 21, 2008
getir
ceritakan kepadaku tentang gunung yang hijau
yang hidup dan memberi kehidupan kepada manusia
sebab... tak pernah aku melihat
rindangnya alam menyejukkan mata
yang kulihat kini hanyalah tanah tandus
dengan bebatuan menjulang dan kerikil-kerikil tajam berserakan
panas, berdebu, gerah...
yang bahkan seekor cacingpun enggan menjamahnya
ceritakan kepadaku tentang anak-anak yang bermain di kali yang jernih
mandi, berenang, memancing
sebab... yang terlihat kini
hanyalah onggokan sampah saluran tinja
bau, apek, kotor, kelam...
yang bahkan seekor ikanpun enggan berenang
di mana hijau gunung itu...
di mana hilangnya kali-kali itu
ah... mungkin takkan pernah lagi kutemukan
dalam hidup di dunia yang penuh dengan keserakahan ini
yang hidup dan memberi kehidupan kepada manusia
sebab... tak pernah aku melihat
rindangnya alam menyejukkan mata
yang kulihat kini hanyalah tanah tandus
dengan bebatuan menjulang dan kerikil-kerikil tajam berserakan
panas, berdebu, gerah...
yang bahkan seekor cacingpun enggan menjamahnya
ceritakan kepadaku tentang anak-anak yang bermain di kali yang jernih
mandi, berenang, memancing
sebab... yang terlihat kini
hanyalah onggokan sampah saluran tinja
bau, apek, kotor, kelam...
yang bahkan seekor ikanpun enggan berenang
di mana hijau gunung itu...
di mana hilangnya kali-kali itu
ah... mungkin takkan pernah lagi kutemukan
dalam hidup di dunia yang penuh dengan keserakahan ini
Minggu, Agustus 10, 2008
mahadaya
remuk batin dalam kegalauan
ingatkan betapa rapuh raga tanpa jiwa
sunyi senyap tanpa makna
tertimbun sampah pikiran
yang menggerogoti cermin keTuhanan
dalam sunyi, angin menyapa
wangi semerbak lantunan do'a
iringi hati menyentuh nurani
nanar tangis semalaman
oleh kehinaan
violet qolbu
ingkari ke-esaan Tuhan Sang Perkasa
angkuh, angkara murka, sombong, dusta
nostalgia tak bermakna
tanpa pengakuan pada sang Penguasa
inilah hidup, hanya miliknya
ingatkan betapa rapuh raga tanpa jiwa
sunyi senyap tanpa makna
tertimbun sampah pikiran
yang menggerogoti cermin keTuhanan
dalam sunyi, angin menyapa
wangi semerbak lantunan do'a
iringi hati menyentuh nurani
nanar tangis semalaman
oleh kehinaan
violet qolbu
ingkari ke-esaan Tuhan Sang Perkasa
angkuh, angkara murka, sombong, dusta
nostalgia tak bermakna
tanpa pengakuan pada sang Penguasa
inilah hidup, hanya miliknya
tanpa aku
ku obati kerinduanku lewat puisi
menelanjangi kasih sayangmu dengan seuntai kata
aku tahu...
takkan terobati rindu ini hanya dengan bermain kata
sebab kasih sayang yang kau hidangkan
bukan sekedar permainan kata
ku temui kau lewat mimpi
melepas penat yang tertahan dalam hati
aku sadar...
terlalu hina diri ini untuk terus memuja
sembari merengek kasih sayangmu
kan ku buktikan kasih sayangku dengan diam
menatap kebahagiaan di wajahmu dari kejauhan
karena...
terlalu lama diri ini menjadi beban
kan kututup luka ini dengan senyum
sebab aku melihat kau disana
senantiasa tersenyum... ceria... bahagia...
tanpa aku
menelanjangi kasih sayangmu dengan seuntai kata
aku tahu...
takkan terobati rindu ini hanya dengan bermain kata
sebab kasih sayang yang kau hidangkan
bukan sekedar permainan kata
ku temui kau lewat mimpi
melepas penat yang tertahan dalam hati
aku sadar...
terlalu hina diri ini untuk terus memuja
sembari merengek kasih sayangmu
kan ku buktikan kasih sayangku dengan diam
menatap kebahagiaan di wajahmu dari kejauhan
karena...
terlalu lama diri ini menjadi beban
kan kututup luka ini dengan senyum
sebab aku melihat kau disana
senantiasa tersenyum... ceria... bahagia...
tanpa aku
Jumat, Agustus 08, 2008
sendiri
biarkan kupu-kupu terbang mencari bunga
mengepak sayapnya di tengah belantara bunga warna-warni
biarkan angin berselancar
dalam hangatnya surya yang menerpa bumi
biar.. dan hadapi hidupmu apa adanya
260807
mengepak sayapnya di tengah belantara bunga warna-warni
biarkan angin berselancar
dalam hangatnya surya yang menerpa bumi
biar.. dan hadapi hidupmu apa adanya
260807
rindu ajal
putaran waktu begitu lama
tersendat oleh hiruk pikuk dosa
luka tak'kan pernah tersembuhkan
oleh do'a-do'a yang berselimut kemunafikan
rindu ajal,
namun takut akan noda yang merekat di sekujur badan
sambut aku malaikat maut.. biarkan api naar melelahkan kabut
Hingga Nur Jannah menyambutku dengan senyum
260807
tersendat oleh hiruk pikuk dosa
luka tak'kan pernah tersembuhkan
oleh do'a-do'a yang berselimut kemunafikan
rindu ajal,
namun takut akan noda yang merekat di sekujur badan
sambut aku malaikat maut.. biarkan api naar melelahkan kabut
Hingga Nur Jannah menyambutku dengan senyum
260807
masa
pusaran waktu menindas tiada ampun
menimpa keangkuhan dalam sekelibatan asa
ku terpekuk dalam derasnya kemaksiatan yang tiada terperi
terkengadah....
menimpa keangkuhan dalam sekelibatan asa
ku terpekuk dalam derasnya kemaksiatan yang tiada terperi
terkengadah....
Jumat, Agustus 01, 2008
Indonesiaku
Indonesia negeri bencana... tanah, air, udara
mereka enggan bersahabat dengan makhluk yang serakah
Indonesia terus dirundung duka... tanah air, udara
terus menunjukkan keperkasaannya atas makhluk yang merasa berkuasa
Indonesia diamuk malapetaka... tanah, air, udara
tanah berontak atas eksploitasi tak terkira
air menerjang karena dirusak tempat bersemayamnya
udara mengamuk sebab diguyur sampah membabi buta
bau, apek, hancur, remuk
akankah kita terus menerus bermusuhan dengan alam
alam tempat kita berpijak, mencari nafkah
alam yang memberi kita makan
atau mungkin perut kita yang begitu serakah?
tak bisakah kita berdampingan...
bersahabat... berpelukan...
ah... mungkin kita tidak bisa...
6 maret 07
mereka enggan bersahabat dengan makhluk yang serakah
Indonesia terus dirundung duka... tanah air, udara
terus menunjukkan keperkasaannya atas makhluk yang merasa berkuasa
Indonesia diamuk malapetaka... tanah, air, udara
tanah berontak atas eksploitasi tak terkira
air menerjang karena dirusak tempat bersemayamnya
udara mengamuk sebab diguyur sampah membabi buta
bau, apek, hancur, remuk
akankah kita terus menerus bermusuhan dengan alam
alam tempat kita berpijak, mencari nafkah
alam yang memberi kita makan
atau mungkin perut kita yang begitu serakah?
tak bisakah kita berdampingan...
bersahabat... berpelukan...
ah... mungkin kita tidak bisa...
6 maret 07
Langganan:
Postingan (Atom)